Jumat, 28 Januari 2011

air untuk masa depan

Perang di Masa Depan Dipicu Perebutan Air, Bukan Lagi Minyak
Laporan: tribun-timur.com







Sabtu, 10 Juli 2010 | 14:20 WITA
JAKARTA, TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Wakil Presiden Bank Dunia, Ismail Seregeldin dalam sebuah Forum Air Sedunia mengungkapkan bahwa perang masa depan tidak dipicu oleh perebutan emas hitam (minyak), melainkan dipicu oleh emas biru (air).

Alasannya, air menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Tanpa air, kehidupan di muka bumi akan punah.

Dan, Indonesia menjadi negara yang kaya air dan pernah menduduki peringkat
kelima negara yang paling kaya air. Itu ditunjukkan dengan curah hujan yang mencapai 2.779 milimeter per tahun.

Namun berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup pada 2008, Indonesia mengalami krisis air bersih.

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pascasarjana IPB, Prof Dr Surjono Hadi Sutjahjo mengungkapkan, secara nasional, total ketersediaan air dibandingkan dengan kebutuhan air memang masih surplus.

"Yakni ketersediaannya per tahun 691,340 miliar meterkubik, sedangkan total kebutuhan air pada tahun 2000 adalah 156,362 miliar meterkubik," kata Hadi.

Namun demikian, ungkap Hadi, pada tahun itu, beberapa pulau di Indonesia telah mengalami defisit air, yaitu Pulau Jawa (52,809 miliar meterkubik), Sulawesi (9,232 miliar), Bali (7,531 miliar), dan NTT (1,343 miliar).

"Hal itu mengindikasikan pengelolaan air harus dilakukan karena pasokan air sangat terbatas," kata Hadi. Kondisi ini berdampak terhadap hampir separuh penduduk Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar